MAKALAH
Konsep Dasar
Pemberian Obat-Obatan Pada Semua Tingkat Usia Berdasarakan
Hasil Kolaborasi
Dosen : Beterson,Amd.Kep.
Disusun oleh : Kelompok IV
1.
Riki Yandi
2.
Ririn Rayati
3.
Roby Naftali
4.
Rodiantono
5.
Rofi Ulbar
6.
Rona
|
7.
Sari Dewi
Wulandari
8.
Selsia Dwi
Cahyani
9.
Siti Rahmah
10.
Sri Handayani
11.
Sudyanto
12.
Suryanto
|
YAYASAN EKA
HARAP PALANGKARAYA
SEKOLAH TINGGI
ILMU KESEHATAN
PRODI D III
KEPERAWATAN
2012
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Menurut
PerMenKes 917/Menkes/Per/x/1993, obat (jadi) adalah sediaan atau paduan-paduan
yang siap digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki secara fisiologi atau
keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosa, pencegahan, penyembuhan,
pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi.
Menurut Ansel
(1985), obat adalah zat yang digunakan untuk diagnosis, mengurangi rasa sakit,
serta mengobati atau mencegah penyakit pada manusia atau hewan.
Obat dalam
arti luas ialah setiap zat kimia yang dapat mempengaruhi proses hidup, maka
farmakologi merupakan ilmu yang sangat luas cakupannya. Namun untuk seorang
dokter, ilmu ini dibatasi tujuannya yaitu agar dapat menggunakan obat untuk
maksud pencegahan, diagnosis, dan pengobatan penyakit. Selain itu, agar
mengerti bahwa penggunaan obat dapat mengakibatkan berbagai gejala penyakit.
(Bagian Farmakologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia)
Obat
merupakan sediaan atau paduan bahan-bahan yang siap untuk digunakan untuk mempengaruhi
atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan
diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan, kesehatan dan
kontrasepsi (Kebijakan Obat Nasional, Departemen Kesehatan RI, 2005).
Obat
merupakan benda yang dapat digunakan untuk merawat penyakit, membebaskan
gejala, atau memodifikasi proses kimia dalam tubuh.
Obat
merupakan senyawa kimia selain makanan yang bisa mempengaruhi organisme hidup,
yang pemanfaatannya bisa untuk mendiagnosis, menyembuhkan, mencegah suatu
penyakit.
1.2 Rumusan Masalah
a.
Bagaimana konsep dasar pemberian obat
pada semua tingkat usia berdasarkan hasil koloborasi ?
b.
Bagaimana peran perawat dalam pemberian
obat ?
c.
Bagaimana sistem perhitungn atau
pengukuran ?
d.
Bagaimana cara pemberian obat ?
1.3
Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui tentang pemberian obat dalam tubuh manusia
2. Menambah wawasan dan
pengetahuan tentang peran perawat dalam pemberian obat
3. Menambah wawasan
pembelajaran bagi mahasiswa (i) mengenai biotransformasi/metabolisme obat
1.4 Manfaat Penulisan
Adapun manfaat
yang diharapkan dari penulisan makalah ini selain memenuhi tugas dari Dosen
Mata Kuliah, juga bertujuan untuk memberi masukan ilmu pengetahuan bagi semua
khalayak pada umumnya dan khususnya bagi penulis pribadi sehingga kedepannya
dapat lebih mengetahui cara pemberian obat.
1.5 Metode penulisan
Dalam penyusunan makalah
ini, penulis menggunakan metode library
research/kepustakaan dan internet yaitu dengan mencari,
mengumpulkan, materi dari beberapa buku dan serta penyusunannya menjadi sebuah
makalah.
BAB II
TIJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar
Pemberian Obat-Obatan Pada Semua Tingkat Usia Berdasarakan
Hasil Kolaborasi
a.
Pengertian
obat :
Obat adalah senyawa
atau campuran senyawa untuk mengurangi gejala atau menyembuhkan penyakit. Obat merupakan sediaan atau
paduan bahan-bahan yang siap untuk digunakan untuk mempengaruhi atau
menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan
diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan, kesehatan dan
kontrasepsi
b.
Jenis
dan bentuk obat
1. Obat-obatan
dalam bentuk padat :
a. Bubuk
b. Tablet
c. Pil
d. Drase
e. Kapsul
f. Salep
dan pasta
g. Supositoria
2. Obat-obatan
dalam bentuk cair :
a. Syrup
b. Tetesan
/ drop
c. Cairan
suntik
2.2
Peran Perawat Dalam
Pemberian Obat
Karena obat
dapat menyembuhkan atau merugikan pasien, maka pemberian obat menjadi salah
satu tugas perawat yang paling penting. Perawat adalah mata rantai terakhir
dalam proses pemberian obat kepada pasien. Perawat yang bertanggung jawab bahwa
obat itu diberikan dan memastikan bahwa obat itu benar diminum.
Bila ada
obat yang diberikan kepada pasien, hal itu harus menjadi bagian integral dari
rencana keperawatan. Perawat yang paling tahu tentang kebutuhan dan respon
pasien terhadap pengobatan. Misalnya, pasien yang sukar menelan, muntah atau
tidak dapat minum obat tertentu (dalam bentuk kapsul). Faktor gangguan visual,
pendengaran, intelektual atau motorik, yang mungkin menyebabkan pasien sukar
makan obat, harus dipertimbangkan.
Rencana
perawatan harus mencangkup rencana pemberian obat, bergantung pada hasil
pengkajian, pengetahuan tentang kerja dan interaksi obat, efek samping, lama
kerja, dan program dokter.
2.3 Sistem Pengukuran Atau Perhitungan
Ketepatan
pemberian obat bergantung pada kemampuan perawat menghitung dosis obat dengan akurat
dan mengukur obt dengan benar. Kesalahan akibat kecerobohan dalam menempatkan
angka decimal atau menambah sebuah nol pada dosis obat dapat mengakibatkan
kesalahan yang patal. Perawat betanggung jawab mengecek dosis obat sebelum
memberikannya seta mengajari klien tentang dosis yang diprogramkan.
System
perhitungan metric, apothecary, dan rumah tangga digunakan dalam terapi obat.
a. System
metric :
Merupakan
system perhitungan yang secara logis paling teratur. Mengalikan atau membagi
dengan 10 dengan unit-unit sekunder. Pada perkalian, angka decimal berpindah ke
kanan; pada pembagian, angka decimal berpindah ke kiri. Contoh :
10,0 mg 5 10
= 100mg
10,0 ÷ 10 =
1,00 mg
b. System
apotechary
Standar
pengukuran system apotechary umumnya digunakan dirumah. Contoh :
Susu dalam
botol di ukur dalam (pint=0,568 lt) dan quarts (0,9463 lt), suatu meteran yar
(kayu) dalam inci dan kaki, dan skala kamar mandi ditimbang dalam pound.
c. Ukuran rumah
tangga
Ukuran rumah
tangga meliputi tetesan, sendok teh, sendok makan, dan cangkir untuk volume dan
ounce serta pound untuk berat. Keuntungan penggunaan ukuran rumah tangga adalah
aspek kenyamanan dan mudah dikenali. Apabila ke akuratan tidak terlalu
diperlukan, penggunaan ukuran rumah tanggamudah digunakan.
Tabel 35-7
|
ekivalensi
|
|
Metric
|
apotechary
|
Rumah
tangga
|
1ml
4-5ml
16ml
30ml
240ml
480ml
(kira-kira 500ml)
960ml
(kira-kira 1L)
3840ml
(kira-kira 5L)
|
15-16
minim (m)
Fluidram
(fÊ’)
4
fluidrams (fÊ’)
1 fluid
ounce
8 fluid
ounce
1 pint
(qt)
1 quart
(qt)
1galon
(gal)
|
15 tetes
(tts)
1 sendok
teh (sdt)
1 sendok
makan (sdm)
2 sendok
makan (sdm)
1 cangkir
(c)
1 pint
(qt)
1 quart
(qt)
1 galon
(gal)
|
Contoh
berikut menggambarkan cara mengaplikasikan rumus. Dosen menginstruksikan klien
diberi versed 2,5mg IM, berarti dosis yang di programkan adalah 2,5mg. obat
tersedia dalam ampul yang mengandung 5mg per satu ml, berarti dosis yang
tersedia adalah 5mg dalam sediaan 1ml. rumus di aplikasikan sebagai berikut :
2,5mg
5mg x 1ml =
volume yang akan diberikan dalam milliliter.
Untuk
menyederhanakan pecahan bagi pembilang dan penyebut dengan 2,5 :
x 1ml = 0,5 ml untuk
diberikan
Contoh lain
memperlihatkan bagaimana rumus tersebut diaplikasikan untuk dosis obat solid.
Dokter memprogramkan digoxin 0,125mg PO / peroral. Obat tersedia dalam tablet
yang mengandung 0,25mg
x 1tablet – jumlah tablet yang akan diberikan.
Pecahan
0,125 / 0,250 setara dengan
atau 0,5. Oleh
karena itu :
0,5 x 1
tablet = 0,5 atau setengah tablet yang
akan diberikan.
Banyak
tablet tersedia berbentuk biji (scores), atau lekukan (identations), yang
membelah bagian tengah obat. Sebuah tablet berbentuk biji mudah dibelah untuk
mengahsilkan dosisyang perlu dibelah. Perawat tidak boleh memperkirakan jumlah
obat dalam tablet yang hancur dan tidak lagi berbentuk biji karena hal ini
beresiko perawat memberikan obat dosis yang sangat rendah atau tinggi.
Obat
cair sering kali tersedia dalam volume lebih dari 1ml. padasituasi ini,
rumus tetap dapat digunakan. Contoh : instruksi obat adalah “ suspense
erytromicin 250mg PO”. Farmasi memberikan botol berukuran 100ml dan pada label
tertera “ 5ml mengandung 125mg erytromicin.
x 5ml = volume yang diberikan
Pecahan
250/125 setara dengan 2. Dengan demikian :
2x5ml = 10ml
untuk diberikan.
Pada situasi ini perawat tidak
menggunakan volume total obat yang tersedia dalam botol, melainkan menggunakan
nilai dosis yang tertera pada label. Apabila perawat
x 100ml = 200ml
yang akan diberikan
Berdasarkan
kalkulasi ini klien akan menerima dosis 20x besar dari yang diinginkan. Perawat
harus selalu memeriksa kembali kalkulasi tersebut atau mengeceknya bersama
professional lain, jika jawaban tidak masuk akal.
2.4
Proses
Langkah-Langkah Pemberian Obat Secara
Umum
“Enam Benar” Pemberian Obat :
1.
Benar obat
Apabila
obat pertama kali diprogramkan, bandingkan piket obat atau format pencatatan
unit-dosis dengan instruksi yang di tulis dokter. Hal ini dilakukan tiga kali
yaitu :
a. Sebelum
memindahkan wadah obat dari laci atau lemari
b. Pada
saat sejumlah obat yang diprogramkan dipindahkan dari wadahnya.
c. Sebelum
mengembalikan wadah obat ketempat penyimpanan.
2.
Benar dosis
Apabila
sebuah obat harus disediakan dari volume atau kekuatan obat yang lebih besar
atau lebih kecil dari yang dibutuhkan atau jika seorang dokter memprogramkan
suatu system perhitungan obat yang berbeda dari yang disediakan oleh ahli
farmasi, resiko kesalahan meningkat.
3.
Benar klien
Langkah
paling penting dalam pemberian obat dengan aman adalah meyakinkan bahwa obat
tersebut diberikan pada klien yang benar.
4.
Benar rute pemberian
Apabila
sebuah intstruksi obat tidak menerangkan rute pemberian obat, perawat
mengkonsultasikan kepada dokter.
5.
Benar waktu
Harus
mengetahui alas an sebuah obat diprogramkan oleh waktu tertentu dalam satu hari dan apakah jadwal tersebut
dapat di ubah.
6.
Benar pendokumentasian
Dokumentasi
yang benar membutuhkan tindakan segera untuk mencatat hasil informasi sesuai
dengan obat-obatan yang telah diberikan.
2.5
PROSEDUR PEMBERIAN OBAT
2.5.1
PEMBERIAN OBAT SECARA ORAL
Pengertian
Memberikan
obat melalui mulut.
Tujuan
1.
Menyediakan
obat yang memiliki efek lokal atau sistemik melalui saluran gastrointestinal.
2. Menghindari pemberian obat yang dapat menyebabkan
kerusakan kulit dan jaringan.
3. Menghindari pemberian obat yang dapat menyebabkan nyeri.
Fokus
Perhatianan
Alergi
terhadap obat, kemampuan klien untuk menelan obat, adanya muntah dan diare yang
dapat mengganggu absorbsi obat, efek samping obat, interaksi obat, kebutuhan
pembelajaran mengenai obat yang diberikan.
Persiapan
Alat
1.
Baki
berisi obat-obatan atau kereta dorong obat
(bergantung pada sarana yang ada)
2.
Kartu
atau buku rencana pengobatan
3.
Mangkuk
sekali pakai untuk tempat obat
4.
Pemotong
obat (jika diperlukan)
5.
Martil
dan lumpang penggerus (jika diperlukan)
6.
Gelas
pengukur (jika diperlukan)
7.
Gelas
dan air minum
8.
Sedotan
9.
Sendok
10. Spuit sesuai ukuran mulut anak-anak
Prosedur
Pelaksanaan
1.
Siapkan
peralatan dan cuci tangan.
2.
Kaji
kemampuam klien untuk dapat minum obat/oral (kemempuan menelan, mual atau muntah,
adanya program NPO/tahan makan dan minum , akan dilakukan pengisapan lambung,
tidak terdapat bunyi usus).
3.
Periksa
kembali order pengobatan (nama klien, nama dan dosis obat, waktu dan cara
pemberian), periksa tanggal kedaluwarsa obat. Jika ada keraguan pada order
pengobatan, laporkan pada perawat berwenang atau dokter sesuai dengan kebijakan
masing-masing institusi.
4.
Ambil
obat sesuai keperluan (baca order pengobatan dan ambil obat dialmari, rak, atau
lemari es sesuai yang diperlukan).
5.
Siapkan
obat-obatan yang akan diberikan. Siapkan jumlah obat yang sesuai dengan dosis
yan diperlukan tanpa mengontaminasi obat (gunakan tekhnik aseptik untuk menjaga
kebersihan obat).
Tablet atau Kapsul
·
Tuangkan
tablet atau kapsul dengan takaran sesuai kebutuhan ke dalam mangkuk sekali
pakai tanpa menyentuh obat.
· Gunakan alat pemotong tablet (jika perlu) untuk membegi
obat sesuai dengan dosis yang diperlukan.
·
Jika
klien mengalami kesulitan dalam menelan, gerus obat menjadi bubuk dengan
menggunakan martil dan lumpang penggerus. Setelah itu, campurkan dengan
menggunakan air atau makanan.
Cek dengan bagian farmasi sebelum menggerus obat.
Beberapa obat tidak boleh digerus karena mempengaruhi daya kerjanya.
Obat dalam bentuk cair
·
Putar/bolak-balik
obat agar tercampur rata sebelum dituangkan.
·
Buka
penutup botol dan letakkan menghadap ke atas.
·
Pegang
botol obat sehingga sisi labelnya akan berada pada telapak tangan anda kemudian
tuangkan obat jauh dari label.
·
Tuangkan
obat dengan takaran sesuai kebutuhan ke dalam magkuk obat berskala.
·
Sebelum
menutup botol, usap bagian bibir botol dengan kertas tisue.
·
Jika
jumlah obat yang diberikan hanya sedikit (kurang dari 5 ml), gunakan spuit
steril tanpa jarum untuk mengmbilnya dari botol.
6.
Berikan
obat pada waktu dan dengan cara yang benar:
·
Identifikasi
klien dengan tepat.
·
Jelaskan
tujuan dan daya kerja obat dengan bahasa yang dapat dipahami oleh klien.
·
Atur
posisi duduk. Jika tidak memungkinkan, atur posisi lateral.
·
Kaji
tanda-tanda vital jika diperlukan (pada obat-obat tertentu):
·
Ukur
nadi sebelum pemberian digitalis, ukur tensi sebelum pemberian obat penurun
tensi, ukur frekuensi pernapasan sebelum pemberian narkotik.
·
Jika
hasil diatas atau dibawah normal, laporkan kepada dokter yang bersangkutan.
7.
Catat
obat yang telah diberikan, meliputi nama dan dosis obat, setiap keluhan, dan
tanda tangan perawat. Jika obat tidak dapat masuk atau dimuntahkan, catat
secara jelas alasannya tindakan perawat yang sudah dilakukan sesuai dengan
ketentuan institusi.
8.
Kembalikan
peralatan yang dipakai dengan tepat dan benar. Buang alat-alat sekali pakai
kemudian cuci tangan.
9.
Lakukan
evaluasi mengenai efek obat pada klien (biasanya 30 menit setelah pemberian
obat).
Pemberian
obat kepada bayi dan anak-anak
·
Pilih
saran yang tepat untuk mengukur dan memberikan obat pada bayi dan anak-anak.
(mangkuk plastik sekali pakai, pipet tetes, sendok, spuit plastik tanpa jarum,
atau spuit tuberkulin).
·
Cairan
obat obat oral dengan sedikit air.
·
Gerus
obat yang berbentuk padat/tablet dan campurkan dengan obat lain yang dapaat
mengubah rasa pahit, misalnya madu, pemanis buatan.
·
Posisikan
bayi setengah duduk dan berikan obat pelan-pelan.
·
Jika
menggunakan spuit, letakkan spuit sepanjang sisi lidah bayi.
·
Dapatkan
informasi yang bermanfaat dari orang tua anak mengenai bagaimana memberikan
obat yang paling baik pada anak yang bersangkutan.
·
Jika
anak tidak kooperatif selama pemberian obat, lakukan langkah-langkah berikut.
·
Letakkan
anak di atas pangkuan anda dengan tangan kanan di belakang tubuh anda.
·
Pegang
erat tangan kiri anak dengan tangan kiri anda.
·
Amankan
kepala anak dengan lengan kiri tubuh anda.
·
Setelah
obat diminum, ikuti dengan memberikan minum air atau minuman lain yang dapat
menghilangkan rasa obat yang tersisa.
·
Lakukan
higiene oral setelah anak-anak meminum obat disertai pemanis.
2.5.2
PEMBERIAN OBAT SECARA
SUBLINGUAL
Pengertian
Pemberian obat dengan cara meletakkannya dibawah lidah sampai habis diabsorbsi kedalam pembuluh darah.
Tujuan
·
Memperoleh efek local dan sistemik
·
Memperole h aksi kerja obat yang lebih cepat dibandingkan secara oral.
·
Menghindarikerusakanobatolehhepar
Prosedurpelaksanaan
Secara umum persiapan dan langkah-langkahnya sama dengan pemberian obat secara oral. Hal yang perlu diperhatikan adalah klien perlu diberipenjelasan untuk meletakkan obat dibawah lidah, obat tidak boleh ditelan, dan biarkan berada dibawah lidah sampai habis di absobsi seluruhnya.
2.5.3
PEMBERIAN OBAT SECARA
BUKAL
Pengertian
Pemberian obat dengan cara meletakkannya diantara gusi dengan membrane mukosa pipi.
Tujuan
·
Memperolehefeklokaldansistemik
·
Memperolehaksikerjaobat yang
lebihcepatdibandingkansecara oral
·
Menghindarikerusakanobatolehhepar
Prosedurpelaksanaan
Secaraumumsamadenganpemberianobatdengancara
oral. Akan tetapi, klienperludiberipenjelasanbahwaobatharusdiletakkandiantaragusidanselaputmukosapipisampaiseluruhobathabisdiabsorbsi.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Obat
adalah senyawa atau campuran senyawa untuk mengurangi gejala atau menyembuhkan
penyakit. Obat merupakan sediaan atau paduan bahan-bahan yang siap untuk
digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan
patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan,
peningkatan, kesehatan dan kontrasepsi.
Bila ada obat yang diberikan kepada
pasien, hal itu harus menjadi bagian integral dari rencana keperawatan. Perawat
yang paling tahu tentang kebutuhan dan respon pasien terhadap pengobatan.
Misalnya, pasien yang sukar menelan, muntah atau tidak dapat minum obat
tertentu (dalam bentuk kapsul). Faktor gangguan visual, pendengaran,
intelektual atau motorik, yang mungkin menyebabkan pasien sukar makan obat,
harus dipertimbangkan. Perawat betanggung jawab mengecek dosis obat sebelum
memberikannya seta mengajari klien tentang dosis yang diprogramkan. Sistem
perhitungan metric, apothecary, dan rumah tangga digunakan dalam terapi obat. “Enam
benar” pemberian obat yaitu benar obat, benar dosis, benar klien, benar rute
pemberian, benar waktu, benar dokumentasi.
3.2 Saran
Agar dapat lebih mudah memahami tentang Konsep Dasar Pemberian Obat-Obatan
Pada Semua Tingkat Usia Berdasarakan
Hasil Kolaborasi sebagai acuan dalam belajar yang tentunya dapat bermanfaat
bagi mahasiswa(i) dan masyarakat dalam menjalankan karirnya dan tahu bagaimana
cara menerapkan dalam asuhan
keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, A. Aziz Alimut. 2009. Pengantar Kebutuhan Dasar
Manusia Aplikasi Konsep Dan Proses Keperawatan Buku 2. Jakarta: Salemba Medika.
Kusyati, Eni. 2006. Ketrampilan Dan Prosedur Laboratorium
Keperawatan Dasar. Jakarta: EGC
Potter, perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan:
Konsep, Proses, Dan Praktek Edisi 4. Jakarta: EGC
thank bro informasinya...Artikel kesehatan terbaru
BalasHapus