Kamis, 26 Juli 2012

kata-kata penyemangat

kemenangan terbebesar anda adalah ketika anda bisa menerima kekalahan anda.. so tetaplah semangat dalam menjalani hari-hari..

Minggu, 17 Juni 2012

lembaga kemsyarakatan


MAKALAH
SOSIOLOGI
Lembaga Kemasyarakatan (Lembaga Sosial)
Dosen  : Zia Abdul Aziz, S. Kep Ns




 



Disusun oleh   :

Kelompok 2
  1. Khiko Maria .L
  2. Mawar
  3. Prilia Delvina
  4. Riki Yandi
  5. Puppha .P
  6. M. Robi Sugara
  1. Roby Naftali
  2. Jevi
  3. Jefri Eka Harap
  4. Rantie
  5. Nia
  6. Nemiwati

Tingkat I


YAYASAN EKA HARAP PALANGKARAYA
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PRODI DIII KEPERAWATAN
2012



BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Lembaga kemasyarakatan merupakan terjemahan langsung dari istilah asing social-institution. Akan tetapi, hingga saat ini belum ada kata sepakat mengenai istilah Indonesia yang dengan tepat menggambarkan isi social-institution tersebut. Ada yang menggunakan istilah pranata sosial, tetapi istilah social-institution menunjuk pada adanya unsur-unsur yang mengatur prilaku warga masyarakat. Misalnya Koentjaraningrat mengatakan pranata sosial adalah suatu sistem tata kelakuan dan hubungan yang berpusat kepada aktifitas-aktifitas untuk memenuhi kompleks-kompleks kebutuhan khusus dalam kebutuhan masyarakat. Definisi tersebut menekankan pada sistem kelakuan atau norma-norma untuk memnuhi kebutuhan.
1.2. Rumusan Masalah
1.2.1.            Bagaimana tipe-tipe lembaga kemasyarakatan?
1.2.2.            Bagaimana cara-cara mempelajari lembaga kemasyarakatan?
1.2.3.            Bagaimana masalah conformity dan deviation berhubungan erat dengan social control?
1.3. Tujuan Penulisan
               Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata sosiologi keperawatan yang membahas tentang tipe-tipe lembaga kemsyaarakatan, cara-cara mempelajari lembaga kemasyarakatan.

1.4. Manfaat Penulisan
Makalah ini dibuat dengan manfaat sebagai literatur tambahan bagi mahasiswa atau pembaca yang ingin menambah wawasan yang mencakup lembaga kemasyarakatan (lembaga sosial).



BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tipe-tipe Lembaga Kemasyarakatan
Tipe-tipe lembaga kemasyarakatan dapat diklasifikasikan dari berbagai sudut. Menurut Gillin dan Gillin, lembaga-lembaga kemasyarakatan tadi dapat diklasifikasikan sebagai berikut.
1.      Crescive institutions dan enacted institutions merupakan klasifikasi dari sudut perkembangannya crescive institutions yang juga disebut lembaga-lembaga paling primer merupakan lembaga-lembaga yang secara tak sengaja tumbuh dari adat istiadat masyarakat. Contohnya adalah hak milik, perkawinan, agama, dan seterusnya.
Enacted institutions dengan sengaja dibentuk untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya lembaga utang-piutang, lembaga perdagangan, dan lembaga-leembaga pendidikan, yang semuanya berakar pada kebiasaan-kebiasaan dalam masyarakat. Pengalaman melaksanakan kebiasaan-kebiasaan tersebut kemudian disistematisasi dan diatur untuk kemudian dituangkan dalam lembaga-lembaga yang di sahkan oleh negara.
2.      Dari sudut sistem nilai-nilai yang di terima masyarakat, timbul klasifikasi atas basic institusions dan subsidiary institutions. Basic institutions dianggap sebagai lembaga kemasyarakatan yang sangat penting untuk memelihara dan mempertahankan tata tertib dalam masyarakat. Dalam masyarakat Indonesia, misalnya keluarga, sekolah-sekolah, negara dan lain sebagainya dianggap sebagai basic institutions yang pokok.
Sebaliknya adalah subsidiary institutions yang dianggap kurang penting seperti misalnya kegiatan-kegiatan untuk rekreasi. Ukuran yang dipakai untuk menentukan suatu lembaga kemasyarakatan dianggap sebagai basic atau subsidiary berbeda di masing-masing masyarakat. Ukuran-ukuran tersebut juga tergantung dari masa hidup masyarakat tadi berlangsung.


3.      Dari sudut penerimaan masyarakat dapat dibedakan approved atau social sanctioned dangan unsanctioned institutions. Approved atau social sanctioned dengan merupakan lembaga-lembaga yang diterima masyarakat seperti misalnya sekolah, perusahaan dagang, dan lain-lain. Sebaliknya adalah unsanctioned institutions yang ditolak oleh masyarakat, walau masyarakat kadang-kadang tidak berhasil memberantasnya. Misalnya kelompok pemeras, perampok, penjahat, pencoleng, dan sebagainya.
4.      Perbedaan antara general institutions dengan restricted institutions timbul apabila klasifikasi tersebut didasarkan pada faktor penyebarannya. Misalnya agama merupakan suatu general institutions, karena dikenal oleh hampir semua masyarakat didunia. Sementara itu, agam Islam, Protestan, Katolik, Budha, dan lain-lain merupakan restricted institutions karena dianut oleh masyarakat-masyarakat tertentu di dunia ini.
5.      Berdasarkan fungsinya, terdapat perbedaan antara operative institutions dan regulative institutions. Operative instutions berfungsi sebagai lembaga yang menghimpun pola-pola atau tata cara yang diperlukan untuk mencapai tujuan lembaga yang bersangkutan, seperti misalnya industrialisasi. Regulative institutions, bertujuan untuk mengawasi adat istiadat tata kelakuan yang tidak menjadi bagian mutlak lembaga itu sendiri. Suatu contoh adalah lembaga-lembaga hukum seperti kejaksaan, pengadilan, dan sebagainya.
2.2. Cara-cara mampelajari lembaga kemasyarakatan.
Telah lama para ahli berusaha untuk meneliti dengan cara atau metode-metode yang mnurut anggapan paling efisien. Apabila cara atau metode-metode tersebut dihimpun, maka akan dapat dijumpai tiga golongan pendekatan (approach) terhadap masalah tersebut, yaitu sebagai berikut.
1.      Analisis secara historis
Bertujuan meneliti sejarah timbul dan perkembangan suatu lembaga kemasyarakatan tertentu. Misalnya diselidiki asal mula serta paekembangan demokrasi, perkawinan yang monogami,keluarga batih, dan lain sebagainya.




2.      Analisis komparatif
Betujua menelaah suatu lambaga kemasyarakatan tertentu dalam berbagai masyarakat berlainan ataupun berbagai lapisan sosial masyarakat tersebut. Bentuk-bentuk milik, praktik-praktik pendidikan kanak-kanak dan lain-lainnya , banyak ditelaah secara komperatif. Secara analisis ini banyak sekali digunakan oleh para ahli antropologi seperti Ruth Benedict, Margaret Meat, dan lain-lain.
3.      Analisis fungsional
Lembaga-lembaga kemasyarakatan dapat jug diselidiki dengan jalan menganalisis hubugan antara lembaga-lembaga tersebut dalam suatu masyarakat tertentu. Pendekatan ini, yang lebih menekankan hubungan fungsionalnya, seringkali mempergunakan analisis-analisis historis dan komperataif. Sesungguhnya suatu lembaga kemasyarakatan tidak mungkin hidup sendiri terlepas dari lembaga-lembaga kemasyarakatan lainnya.
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahawa ketiga penndekatan tersebut bersifat saling melengkapi. Artinya dalam meneliti lembaga-lembaga kemasyarakatan, salah satu pendekatan akan dipakai sebagai alat pokok, sedangkan yang lain bersifat sebagai tambahan untuk melengkapi kesempurnaan cara-cara penalitian.     
2.3. Conforminty dan deviation
Masalah conformity dan deviation berhubungan erat dengan social control. Conformity berarti proses penyesuaian diri dengan masyarakat dengan cara mengindahkan kaidah dan nilai-nlai masyarakat. Sebaliknya, deviation adalah penyimpangan terhadap kaidah dan nilai-nilai dalam masyarakat.
Untuk mengkaji deviation, telah banyak teori yang dikembangkan oleh para sarjana ilmu-ilmu sosial dan sosiologi pada khususnya. Dari sekian banyak teori, hanya akan dikemukakan suatu teori yang dikembangkan oleh Robert K. Merton. Sosiolog ini meninjau penyimpangan (deviasi) dari sudut struktur sosial dan budaya. Menurut Merton, diantara segenap unsur sosial dan budaya, terdapat dua unsur terpenting, yaitu kerangka aspirasi dan unsur-unsur yang mengatur segala kegiatan untuk mencapai aspirasi tersebut.

 Dengan kata lain, ada nilai-nilai sosial budaya yang merupakan rangkaian konsepsi-konsepsi abstarak yang hidup didalam alm fikiran bagian terbesar warga masyarakat tentang apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk. Juga ada kaidah-kaidah yang mengatur kegiatan-kegiatan manusia untuk mencapai cita-cita tersebut.
Masalah yang erat hubungannya dengan pengendalian sosial adalah conformity, yaitu penyesuaian diri pada norma-norma dan nilai-nilai dalam suatu masyarakat. Deviation, yaitu penyimpangan terhadap norma-norma dan nilai-nilai tesebut. Conformity biasanya sangat kuat dalam masyarakat yang tradisional, hal yang sama pada masyarakat di kota-kota seringkali dianggap sebaagai penghambat kemajuan dan perkembangan. Secara lebih mendalam lagi, Robert K. Merton telah menelaah soal conformity dan deviation dengan menciptakan diagram Merton. Sistematika itu menggolong-golongkan tindakan-tindakan manusia, tujuannya, serta cara-cara mencapai tujuan tersebut.   


BAB 3
PENUTUP

3.1. Simpulan
Dari tinjauan pustaka diatas penulis menyimpulkan lembaga kemasyarakatan merupakan terjemahan langsung dari istilah asing social-institution. Akan tetapi, hingga saat ini belum ada kata sepakat mengenai istilah Indonesia yang dengan tepat menggambarkan isi social-institution tersebut.

3.2. Saran
            Dengan dibuatnya makalah ini diharapkan dapat menambah pengetahuan serta wawasan pembaca. Selanjutnya pembuat makalah mengharapkan kritik dan saran pembaca demi kesempurnaan makalah ini untuk ke depannya.


DAFTAR PUSTAKA

Soekanto, Soejono.

Senin, 04 Juni 2012

 
 BAB 1
PENDAHULUAN


1.1. Latar Belakang
Seperti halnya konsep masyarakat, konsep agama pun mengandung dua makna, yaitu makna static dan makna dinamik. Makna static diorientasikan untuk menunjukan religi sebagai system social agama secara formal misalnya Islam, Kristen, Hindu, dan Budha. Sedangkan makna dinamik sifat semangat keagamaan. Aspek dinamis ini selain bersifat subjektif (personal) sesuai dengan keagamaan dan penghayatannya masing-masing, juga tidak selamanya terkait dengan agamanya secara formal. Konsep dinamis ini disebut pula dengan istilah religiusitas atau spiritualitas.

1.2. Rumusan Masalah
1.2.1. Apasaja yang harus diperhatikan seorang tenaga kesehatan dalam memberi suatu tindakan?

1.3. Tujuan Penulisan
    Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah sosiologi yang membahas tentang aspek agama dalam kesehatan.

1.4. Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah agar mahasiswa dapat mengerti dan memahami tentang aspek  agama dalam kesehatan guna menambah wawasan dan pengetahuan pembaca.







BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Aspek Agama dalam Kesehatan
Prisip dan kode etik sudah tidak ada perbedaan pendapat. Tampaknya dengan mudah untuk memahami tuntutan profesionalitas tenaga medis tersebut. Namun dari sisi lain, jika diliat dari sisi kewajiban, seorang tenaga medis adalah menghargai pasien. Dengan kata lain seorang tenaga medis perlu menjunjung tinggi hak-hak pasien , termasuk hak untuk dihargai pemahaman keagamaannya.
Ada dua hal penting yang harus dipahami oleh para tenaga kesehatan. Pertama, penerapan teori kebutuhan (necessity) dalam pertolongan kesehatan, yaitu tindakan terbaik untuk kepentingan pasien bukan berdasarkan pandangan dokter , melainkan berdasarkan kepentingan atau pandangan klien. Kedua, setiap tenaga kesehatan (khususnya dokter) memiliki kewajian untuk menghargai hak pasien untuk memegang teguh ajaran agama.
    Menurut Alethea Kraster bahwa penyakit ada tiga jenis, yaitu:
1.    Penyakit yang disebabkan oleh nature.
2.    Penyakit yang disebabkan oleh pengaruh magis.
3.    Penyakit yang disebabkan oleh spirit.
Sepandapat dengan pemikiran seperti ini, Ibn Qayyim al-Jawjiyyah, ppenyakit dibagi menjadi dua yaitu penyakit hati dan penyakit badan. Penyakit hati ada dua kelompok, yaitu (1) penyakit ragu dan was-was, serta (2) peyakit hasrst dan menyeleweng.
  

BAB 3
PENUTUP


3.1. Simpulan
Dari tinjauan pustaka di atas penulis menyimpulkan bahwa bila mengingat lode etik, baik kde etik kedokteran maupun kode etik keperawatan, untuk memberikan pelayanan kesehatan dengan tidak terpengaruh oleh perbedaan agama, suku, ras, dan adat istiadat. Artinya, dalam proses pelaksanaan pelayanan kesehatan ini tenaga medis tidak boleh melakukan diskriminasi terhadap pasien.

3.1. Saran
Dengan dibuatnya makalah ini diharapkan dapat menambah pengetahuan serta wawasan pembaca. Selanjutnya pembuat makalah mengharapkan kritik dan saran pembaca demi kesempurnaan makalah ini untuk ke depannya.

DAFTAR PUSTAKA


Sudarma, Momon. 2008. Sosiologi untuk Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika.

Entri Populer