Rabu, 30 Mei 2012

Prinsip Penggunaan Obat Pada Penyakit Hati.



FARMAKOLOGI
PRINSIP PENGUNAAN OBAT PADA PENYAKIT LIVER DAN CONTOH OBAT YANG DIGUNAKAN SERTA DOSIS YANG DIBERIKAN





Disusun  oleh :  kelompok IV
1.      Anisa
2.      Riki Yandi
3.      Dinar M. C
4.      Hairin
5.      Diana


YAYASAN  EKA  HARAP   PALANGKARAYA
SEKOLAH  TINGGI  ILMU  KEPERAWATAN
PRODI  DIII  KEPERAWATAN
2011

KATA PENGANTAR
          Puji  syukur  penulis penjatkan  Ke-Hadirat   Tuhan Yang Maha Esa , atas Kasih dan rahmat- Nya maka  penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Prinsip pengunaan obat pada penyakit liver dan contoh serta dosis yang diberikan”.
     Dalam Penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
     Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada semua pihak yang membantu dalam penulisan makalah ini ,  Semoga materi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan .


Palangka Raya   Mei  2012
                                                                                                       
                                                        
             Penulis





BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Perawat mempunyai peran  dan fungsi yang penting dalam dunia kesehatan karena merupakan  perantara dokter yang berhubungan langsung dengan pasien  dan membantu dan melayani  berbagai kebutuhan pasien, salah satunya adalah dalam terapi medis dan cara penberian obat kepada pasien. Perawat adalah mata rantai terakhir dalam proses pemberian obat kepada pasien dan lebih mengetahui tenytang keadaaan pasien  sampai pda keluhan-keluhan pasien. Perawat memiliki peran yang utama daqlam meningkatkan dan mempertahan kan dengan mendorong pasien yang menderita penyakit liver dalam pengobatan yang diberikan dengan tujuan  terapiutik atau menyembuhkan. Obat dapat diklafikasi melalui  beberapa cara, antara lain berdasarkan bahan kimia penyusuna, efek yang ditimbulkan oleh tubuh manusia.

1.2.Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk membantu mahasiswa memahami bagaimana prinsip pengunaan obat pada penyakit liver dan contoh obat yang digunakan serta dosis yang diberikan.

1.3.Manfaat penulisan
Manfaat penulisan makalah, untuk membantu mahasiswa lebih memahami prinsip pemberian obat yang digunakan serta dosis yang diberikan





BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Penyakit Hati
Hati adalah organ yang utama untuk metabolisme obat. Pada sebagian besar obat, proses ini proses ini merupakan tahap inaktivasi. Sebagian besar metabolik inaktif kemudian diekresikan oleh ginjal. Proses konversi biasanya mengubah obat dari senyawa yang relatif larut-lemak menjadi subtansi yang lebih larut air. Fungsi hati tidak dapat dikuantifikasi semudah fungsi ginjal; sehingga sulit untuk memproduksi dosis yang tepat pada pasien disfungsi hati hanya dengan uji laboratorium. Di samping itu, tampaknya hanya diperlukan kadar fungsi hati yang minimal untuk menyelesaikan metabolisme obat.
Pasien yang mengalami ikterus berat atau memiliki serum protein yang sangat rendah (terutama albumin) dapat diduga mengalami masalah dalam memetabolis obat. Pasien alkoholik kronik beresiko mengalami masalah tersebut. Pada penyakit hati tingkat lanjut, absorbsi obatmungkin mengalami kerusakan sekunder akibat kongesti vaskuler portal. Obat-obat yang perlu diaktivasi oleh hati, juga harus dihindarkan pada pasien gangguan fungsi hati berat. Hati memiliki banyak enzim yang membantu dalam metabolisme obat. Dengan meningkatnya penggunaan berbagai obat, penyakit hati obat-induced telah menjadi sangat umum. Gejala mungkin atau mungkin tidak sama dengan penyakit hati lainnya. Bila gejala-gejala mirip, menjadi sulit untuk memahami apakah gejala disebabkan oleh penyakit atau obat. Obat-induced penyakit hati dapat diklasifikasikan sebagai diprediksi dan tak terduga.




2.2. Prinsip Penggunaan Obat Pada Penyakit Hati.
Prinsip-prinsip penggunaan obat pada penyakit hati yaitu:
1.      Pilih obat yang eliminasinya melalui ginjal.
2.      Hindari obat-obat yang dapat mendepresi SSP (terutama morfin), deuretik kuat, obat-obat yang dapat menyebabkan konstipasi.
3.      Gunakan dosis yang lebih rendah, terutama untuk obat-obat yang eliminasinya melalui hati.
4.      Sesuaikan dosis dengan kondisi klinis penderita.

2.3. Dosis Yang diberikan pada penyakit liver
Komposisi
Setiap 1 ml Lamivudine  mengandung HBsAg 20 mcg yang diabsorbsi pada Aluminium hidroksida 0,5 mg. Setiap  0,5 ml mengandung HBsaG 10 mcg yang terabsorbsi pada Aluminium hidroksida 0,25 mg. Seluruh  formulasi mengandung Thimerosal 0,01 w/v% sebagai pengawet.
Dosis dan cara pemberian
Dapat disuntikkan secara intramuskuler, tidak disuntikkan secara intravena atau intracutan . Dosis untuk dewasa (>10 tahun ) 1,0 ml sedangkan untuk bayi/anak (<10 tahun) 0,5 ml. pada anak / dewasa > 1 tahun sebaiknya disuntikkan pada otot deltoid. Dosis ini terdiri dari 3 dosis yaitu intramuskuler dengan jadual 0-1-6 bulan.





BAB 3
PENUTUP

3.1. Simpulan
Dari tinjauan pustaka diatas penulis menyimpulkan bahwa dalam memilih obat pada pasien yang mengalami gangguan pada hati (liver) harus memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut:
1.      Pilih obat yang eliminasinya melalui ginjal.
2.      Hindari obat-obat yang dapat mendepresi SSP (terutama morfin), deuretik kuat, obat-obat yang dapat menyebabkan konstipasi.
3.      Gunakan dosis yang lebih rendah, terutama untuk obat-obat yang eliminasinya melalui hati.
4.      Sesuaikan dosis dengan kondisi klinis penderita.

3.2. Saran
     Dengan dibuatnya makalah ini diharapkan dapat menambah pengetahuan serta wawasan pembaca. Selanjutnya pembuat makalah mengharapkan kritik dan saran pembaca demi kesempurnaan makalah ini untuk ke depannya.











proses pencernaan

Berikut ini adalah proses pencernaan manusia:

# MULUT
Dalam rongga mulut, makanan dikunyah oleh gigi dengan bantuan lidah. Enzim yang membantu pencernaan di dalam rongga mulut adalah enzim amilase yang berfungsi untuk mengubah zat tepung (amilum) menjadi zat gula.


# KERONGKONGAN
Dari mulut, makanan masuk ke kerongkongan, makanan didorong oleh otot kerongkongan  ke lambung. Gerakan otot kerongkongan yang mendorong mkanan masuk ke lambung disebut gerakan peristaltik


# LAMBUNG
Di dalam lambung, makanan dicerna dengan bantuan enzim pepsin yang berfungsi mengubah protein menjadi pepton. Di dalam lambung terdapat asam klorida yang berfungsi untuk membunuh kuman penyakit dan mengaktifkan pepton. Makanan yang telah dicerna di lambung akan berubah menjadi halus dan bergerak menuju usus halus


# USUS HALUS
Usus halus merupakan tempat penyerapan makanan. Usus halus terdiri dari 3 bagian, yaitu usus dua belas jari, usus kosong, dan usus penyerap. Di dalam usus halus sendiri terdapat 2 proses pencernaan, yaitu proses pencernaan kimiawi dan proses penyerapan makanan. Di dalam usus dua belas jari terdapat getah pankreas yang dihasilkan oleh kelenjar pankreas. Getah pankreas mengandung enzim amilase, tripsin, dan lipase. Proses penyerapan sari makanan terjadi di usus penyerapan. Di dalam usus penyerapan terdapat vili yang banyak mengandung pembuluh darah. Vili ini yang menyerap sari makanan.


# USUS BESAR
Setelah melewati usus besar, sisa makanan akan masuk ke usus besar dan mengalami pembusukan. Proses pembusukan ini dibantu oleh bakteri escherichia coli. Setelah itu, sisa makanan dikeluarkan melalui anus dalam bentuk tinja.

Senin, 28 Mei 2012

Konsep Dasar Pemberian Obat-Obatan Pada Semua Tingkat Usia Berdasarakan Hasil Kolaborasi

MAKALAH
Konsep Dasar Pemberian Obat-Obatan Pada Semua Tingkat Usia Berdasarakan Hasil Kolaborasi
Dosen : Beterson,Amd.Kep.


Disusun oleh : Kelompok IV
1.     Riki Yandi
2.     Ririn Rayati
3.     Roby Naftali
4.     Rodiantono
5.     Rofi Ulbar
6.     Rona
7.     Sari Dewi Wulandari
8.     Selsia Dwi Cahyani
9.     Siti Rahmah
10.                        Sri Handayani
11.                        Sudyanto
12.                        Suryanto

YAYASAN EKA HARAP PALANGKARAYA
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PRODI D III KEPERAWATAN
2012   



BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut PerMenKes 917/Menkes/Per/x/1993, obat (jadi) adalah sediaan atau paduan-paduan yang siap digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki secara fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosa, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi.
Menurut Ansel (1985), obat adalah zat yang digunakan untuk diagnosis, mengurangi rasa sakit, serta mengobati atau mencegah penyakit pada manusia atau hewan.
Obat dalam arti luas ialah setiap zat kimia yang dapat mempengaruhi proses hidup, maka farmakologi merupakan ilmu yang sangat luas cakupannya. Namun untuk seorang dokter, ilmu ini dibatasi tujuannya yaitu agar dapat menggunakan obat untuk maksud pencegahan, diagnosis, dan pengobatan penyakit. Selain itu, agar mengerti bahwa penggunaan obat dapat mengakibatkan berbagai gejala penyakit. (Bagian Farmakologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia)
Obat merupakan sediaan atau paduan bahan-bahan yang siap untuk digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan, kesehatan dan kontrasepsi (Kebijakan Obat Nasional, Departemen Kesehatan RI, 2005).
Obat merupakan benda yang dapat digunakan untuk merawat penyakit, membebaskan gejala, atau memodifikasi proses kimia dalam tubuh.
Obat merupakan senyawa kimia selain makanan yang bisa mempengaruhi organisme hidup, yang pemanfaatannya bisa untuk mendiagnosis, menyembuhkan, mencegah suatu penyakit.


1.2 Rumusan Masalah
a.     Bagaimana konsep dasar pemberian obat pada semua tingkat usia berdasarkan hasil koloborasi ?
b.     Bagaimana peran perawat dalam pemberian obat ?
c.      Bagaimana sistem perhitungn atau pengukuran ?
d.     Bagaimana cara pemberian obat ?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui tentang pemberian obat dalam tubuh manusia
2. Menambah wawasan dan pengetahuan tentang peran perawat dalam pemberian obat
3. Menambah wawasan pembelajaran bagi mahasiswa (i) mengenai biotransformasi/metabolisme obat
1.4  Manfaat  Penulisan
Adapun manfaat yang diharapkan dari penulisan makalah ini selain memenuhi tugas dari Dosen Mata Kuliah, juga bertujuan untuk memberi masukan ilmu pengetahuan bagi semua khalayak pada umumnya dan khususnya bagi penulis pribadi sehingga kedepannya dapat lebih  mengetahui cara pemberian obat.
1.5  Metode penulisan
Dalam penyusunan makalah ini, penulis menggunakan metode library    research/kepustakaan dan internet yaitu dengan mencari, mengumpulkan, materi dari beberapa buku dan serta penyusunannya menjadi sebuah makalah.
BAB II
TIJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Pemberian Obat-Obatan Pada Semua Tingkat Usia Berdasarakan Hasil Kolaborasi
a.      Pengertian obat :
Obat adalah senyawa atau campuran senyawa untuk mengurangi gejala atau menyembuhkan penyakit. Obat merupakan sediaan atau paduan bahan-bahan yang siap untuk digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan, kesehatan dan kontrasepsi
b.      Jenis dan bentuk obat
1.      Obat-obatan dalam bentuk padat :
a.       Bubuk
b.      Tablet
c.       Pil
d.      Drase
e.       Kapsul
f.       Salep dan pasta
g.      Supositoria
2.      Obat-obatan dalam bentuk cair :
a.       Syrup
b.      Tetesan / drop
c.       Cairan suntik

2.2 Peran Perawat Dalam Pemberian Obat
Karena obat dapat menyembuhkan atau merugikan pasien, maka pemberian obat menjadi salah satu tugas perawat yang paling penting. Perawat adalah mata rantai terakhir dalam proses pemberian obat kepada pasien. Perawat yang bertanggung jawab bahwa obat itu diberikan dan memastikan bahwa obat itu benar diminum.
Bila ada obat yang diberikan kepada pasien, hal itu harus menjadi bagian integral dari rencana keperawatan. Perawat yang paling tahu tentang kebutuhan dan respon pasien terhadap pengobatan. Misalnya, pasien yang sukar menelan, muntah atau tidak dapat minum obat tertentu (dalam bentuk kapsul). Faktor gangguan visual, pendengaran, intelektual atau motorik, yang mungkin menyebabkan pasien sukar makan obat, harus dipertimbangkan.
Rencana perawatan harus mencangkup rencana pemberian obat, bergantung pada hasil pengkajian, pengetahuan tentang kerja dan interaksi obat, efek samping, lama kerja, dan program dokter.

2.3 Sistem Pengukuran Atau Perhitungan
Ketepatan pemberian obat bergantung pada kemampuan perawat menghitung dosis obat dengan akurat dan mengukur obt dengan benar. Kesalahan akibat kecerobohan dalam menempatkan angka decimal atau menambah sebuah nol pada dosis obat dapat mengakibatkan kesalahan yang patal. Perawat betanggung jawab mengecek dosis obat sebelum memberikannya seta mengajari klien tentang dosis yang diprogramkan.
System perhitungan metric, apothecary, dan rumah tangga digunakan dalam terapi obat.
a.       System metric :
Merupakan system perhitungan yang secara logis paling teratur. Mengalikan atau membagi dengan 10 dengan unit-unit sekunder. Pada perkalian, angka decimal berpindah ke kanan; pada pembagian, angka decimal berpindah ke kiri. Contoh :
10,0 mg 5 10 = 100mg
10,0 ÷ 10 = 1,00 mg
b.      System apotechary
Standar pengukuran system apotechary umumnya digunakan dirumah. Contoh :
Susu dalam botol di ukur dalam (pint=0,568 lt) dan quarts (0,9463 lt), suatu meteran yar (kayu) dalam inci dan kaki, dan skala kamar mandi ditimbang dalam pound.
c.       Ukuran rumah tangga
Ukuran rumah tangga meliputi tetesan, sendok teh, sendok makan, dan cangkir untuk volume dan ounce serta pound untuk berat. Keuntungan penggunaan ukuran rumah tangga adalah aspek kenyamanan dan mudah dikenali. Apabila ke akuratan tidak terlalu diperlukan, penggunaan ukuran rumah tanggamudah digunakan.
Tabel 35-7
ekivalensi

Metric
apotechary
Rumah tangga
1ml
4-5ml
16ml
30ml
240ml
480ml (kira-kira 500ml)
960ml (kira-kira 1L)
3840ml (kira-kira 5L)
15-16 minim (m)
Fluidram (fÊ’)
4 fluidrams (fÊ’)
1 fluid ounce
8 fluid ounce
1 pint (qt)
1 quart (qt)
1galon (gal)
15 tetes (tts)
1 sendok teh (sdt)
1 sendok makan (sdm)
2 sendok makan (sdm)
1 cangkir (c)
1 pint (qt)
1 quart (qt)
1 galon (gal)
Contoh berikut menggambarkan cara mengaplikasikan rumus. Dosen menginstruksikan klien diberi versed 2,5mg IM, berarti dosis yang di programkan adalah 2,5mg. obat tersedia dalam ampul yang mengandung 5mg per satu ml, berarti dosis yang tersedia adalah 5mg dalam sediaan 1ml. rumus di aplikasikan sebagai berikut :

2,5mg
5mg x 1ml = volume yang akan diberikan dalam milliliter.
Untuk menyederhanakan pecahan bagi pembilang dan penyebut dengan 2,5 :
x 1ml = 0,5 ml untuk  diberikan

Contoh lain memperlihatkan bagaimana rumus tersebut diaplikasikan untuk dosis obat solid. Dokter memprogramkan digoxin 0,125mg PO / peroral. Obat tersedia dalam tablet yang mengandung 0,25mg

x 1tablet – jumlah tablet yang akan diberikan.

Pecahan 0,125 / 0,250 setara dengan  atau 0,5. Oleh karena itu :
0,5 x 1 tablet  = 0,5 atau setengah tablet yang akan diberikan.
Banyak tablet tersedia berbentuk biji (scores), atau lekukan (identations), yang membelah bagian tengah obat. Sebuah tablet berbentuk biji mudah dibelah untuk mengahsilkan dosisyang perlu dibelah. Perawat tidak boleh memperkirakan jumlah obat dalam tablet yang hancur dan tidak lagi berbentuk biji karena hal ini beresiko perawat memberikan obat dosis yang sangat rendah atau tinggi.
            Obat  cair sering kali tersedia dalam volume lebih dari 1ml. padasituasi ini, rumus tetap dapat digunakan. Contoh : instruksi obat adalah “ suspense erytromicin 250mg PO”. Farmasi memberikan botol berukuran 100ml dan pada label tertera “ 5ml mengandung 125mg erytromicin.

x 5ml = volume yang diberikan
Pecahan 250/125 setara dengan 2. Dengan demikian :
2x5ml = 10ml untuk diberikan.

            Pada situasi ini perawat tidak menggunakan volume total obat yang tersedia dalam botol, melainkan menggunakan nilai dosis yang tertera pada label. Apabila perawat 

 x 100ml = 200ml yang akan diberikan

Berdasarkan kalkulasi ini klien akan menerima dosis 20x besar dari yang diinginkan. Perawat harus selalu memeriksa kembali kalkulasi tersebut atau mengeceknya bersama professional lain, jika jawaban tidak masuk akal.

2.4 Proses Langkah-Langkah Pemberian Obat Secara  Umum
“Enam Benar” Pemberian Obat :
1.      Benar obat
Apabila obat pertama kali diprogramkan, bandingkan piket obat atau format pencatatan unit-dosis dengan instruksi yang di tulis dokter. Hal ini dilakukan tiga kali yaitu :
a.       Sebelum memindahkan wadah obat dari laci atau lemari
b.      Pada saat sejumlah obat yang diprogramkan dipindahkan dari wadahnya.
c.       Sebelum mengembalikan wadah obat ketempat penyimpanan.
2.      Benar dosis
Apabila sebuah obat harus disediakan dari volume atau kekuatan obat yang lebih besar atau lebih kecil dari yang dibutuhkan atau jika seorang dokter memprogramkan suatu system perhitungan obat yang berbeda dari yang disediakan oleh ahli farmasi, resiko kesalahan meningkat.
3.      Benar klien
Langkah paling penting dalam pemberian obat dengan aman adalah meyakinkan bahwa obat tersebut diberikan pada klien yang benar.
4.      Benar rute pemberian
Apabila sebuah intstruksi obat tidak menerangkan rute pemberian obat, perawat mengkonsultasikan kepada dokter.
5.      Benar waktu
Harus mengetahui alas an sebuah obat diprogramkan oleh waktu tertentu  dalam satu hari dan apakah jadwal tersebut dapat di ubah.
6.      Benar pendokumentasian
Dokumentasi yang benar membutuhkan tindakan segera untuk mencatat hasil informasi sesuai dengan obat-obatan yang telah diberikan.
2.5 PROSEDUR PEMBERIAN OBAT

2.5.1 PEMBERIAN OBAT SECARA ORAL
Pengertian
Memberikan obat melalui mulut.
Tujuan
1.      Menyediakan obat yang memiliki efek lokal atau sistemik melalui saluran gastrointestinal.
2.      Menghindari pemberian obat yang dapat menyebabkan kerusakan kulit dan jaringan.
3.      Menghindari pemberian obat yang dapat menyebabkan nyeri.


Fokus Perhatianan
Alergi terhadap obat, kemampuan klien untuk menelan obat, adanya muntah dan diare yang dapat mengganggu absorbsi obat, efek samping obat, interaksi obat, kebutuhan pembelajaran mengenai obat yang diberikan.
Persiapan Alat
1.      Baki berisi obat-obatan atau kereta dorong obat  (bergantung pada sarana yang ada)
2.      Kartu atau buku rencana pengobatan
3.      Mangkuk sekali pakai untuk tempat obat
4.      Pemotong obat (jika diperlukan)
5.      Martil dan lumpang penggerus (jika diperlukan)
6.      Gelas pengukur (jika diperlukan)
7.      Gelas dan air minum
8.      Sedotan
9.      Sendok
10.  Spuit sesuai ukuran mulut anak-anak
Prosedur Pelaksanaan
1.      Siapkan peralatan dan cuci tangan.
2.      Kaji kemampuam klien untuk dapat minum obat/oral (kemempuan menelan, mual atau muntah, adanya program NPO/tahan makan dan minum , akan dilakukan pengisapan lambung, tidak terdapat bunyi usus).
3.      Periksa kembali order pengobatan (nama klien, nama dan dosis obat, waktu dan cara pemberian), periksa tanggal kedaluwarsa obat. Jika ada keraguan pada order pengobatan, laporkan pada perawat berwenang atau dokter sesuai dengan kebijakan masing-masing institusi.
4.      Ambil obat sesuai keperluan (baca order pengobatan dan ambil obat dialmari, rak, atau lemari es sesuai yang diperlukan).
5.      Siapkan obat-obatan yang akan diberikan. Siapkan jumlah obat yang sesuai dengan dosis yan diperlukan tanpa mengontaminasi obat (gunakan tekhnik aseptik untuk menjaga kebersihan obat).
Tablet atau Kapsul
·         Tuangkan tablet atau kapsul dengan takaran sesuai kebutuhan ke dalam mangkuk sekali pakai tanpa menyentuh obat.
·      Gunakan alat pemotong tablet (jika perlu) untuk membegi obat sesuai dengan dosis yang diperlukan.
·      Jika klien mengalami kesulitan dalam menelan, gerus obat menjadi bubuk dengan menggunakan martil dan lumpang penggerus. Setelah itu, campurkan dengan menggunakan air atau makanan.
Cek dengan bagian farmasi sebelum menggerus obat. Beberapa obat tidak boleh digerus karena mempengaruhi daya kerjanya.
Obat dalam bentuk cair
·      Putar/bolak-balik obat agar tercampur rata sebelum dituangkan.
·      Buka penutup botol dan letakkan menghadap ke atas.
·      Pegang botol obat sehingga sisi labelnya akan berada pada telapak tangan anda kemudian tuangkan obat jauh dari label.
·      Tuangkan obat dengan takaran sesuai kebutuhan ke dalam magkuk obat berskala.
·      Sebelum menutup botol, usap bagian bibir botol dengan kertas tisue.
·      Jika jumlah obat yang diberikan hanya sedikit (kurang dari 5 ml), gunakan spuit steril tanpa jarum untuk mengmbilnya dari botol.
6.      Berikan obat pada waktu dan dengan cara yang benar:
·      Identifikasi klien dengan tepat.
·      Jelaskan tujuan dan daya kerja obat dengan bahasa yang dapat dipahami oleh klien.
·      Atur posisi duduk. Jika tidak memungkinkan, atur posisi lateral.
·      Kaji tanda-tanda vital jika diperlukan (pada obat-obat tertentu):
·         Ukur nadi sebelum pemberian digitalis, ukur tensi sebelum pemberian obat penurun tensi, ukur frekuensi pernapasan sebelum pemberian narkotik.
·         Jika hasil diatas atau dibawah normal, laporkan kepada dokter yang bersangkutan.
7.      Catat obat yang telah diberikan, meliputi nama dan dosis obat, setiap keluhan, dan tanda tangan perawat. Jika obat tidak dapat masuk atau dimuntahkan, catat secara jelas alasannya tindakan perawat yang sudah dilakukan sesuai dengan ketentuan institusi.
8.      Kembalikan peralatan yang dipakai dengan tepat dan benar. Buang alat-alat sekali pakai kemudian cuci tangan.
9.      Lakukan evaluasi mengenai efek obat pada klien (biasanya 30 menit setelah pemberian obat).
Pemberian obat kepada bayi dan anak-anak
·         Pilih saran yang tepat untuk mengukur dan memberikan obat pada bayi dan anak-anak. (mangkuk plastik sekali pakai, pipet tetes, sendok, spuit plastik tanpa jarum, atau spuit tuberkulin).
·         Cairan obat obat oral dengan sedikit air.
·         Gerus obat yang berbentuk padat/tablet dan campurkan dengan obat lain yang dapaat mengubah rasa pahit, misalnya madu, pemanis buatan.
·         Posisikan bayi setengah duduk dan berikan obat pelan-pelan.
·         Jika menggunakan spuit, letakkan spuit sepanjang sisi lidah bayi.
·         Dapatkan informasi yang bermanfaat dari orang tua anak mengenai bagaimana memberikan obat yang paling baik pada anak yang bersangkutan.
·         Jika anak tidak kooperatif selama pemberian obat, lakukan langkah-langkah berikut.
·         Letakkan anak di atas pangkuan anda dengan tangan kanan di belakang tubuh anda.
·         Pegang erat tangan kiri anak dengan tangan kiri anda.
·         Amankan kepala anak dengan lengan kiri tubuh anda.
·         Setelah obat diminum, ikuti dengan memberikan minum air atau minuman lain yang dapat menghilangkan rasa obat yang tersisa.
·         Lakukan higiene oral setelah anak-anak meminum obat disertai pemanis.

2.5.2 PEMBERIAN OBAT SECARA SUBLINGUAL
Pengertian
Pemberian obat dengan cara meletakkannya dibawah lidah sampai habis diabsorbsi kedalam pembuluh darah.
Tujuan
·         Memperoleh efek local dan sistemik
·         Memperole h aksi kerja obat yang lebih cepat dibandingkan secara oral.
·         Menghindarikerusakanobatolehhepar
Prosedurpelaksanaan
Secara umum persiapan dan langkah-langkahnya sama dengan pemberian obat secara oral. Hal yang perlu diperhatikan adalah klien perlu diberipenjelasan untuk meletakkan obat dibawah lidah, obat tidak boleh ditelan, dan biarkan berada dibawah lidah sampai habis di absobsi seluruhnya.
2.5.3 PEMBERIAN OBAT SECARA BUKAL
Pengertian
Pemberian obat dengan cara meletakkannya diantara gusi dengan membrane mukosa pipi.
Tujuan
·         Memperolehefeklokaldansistemik
·         Memperolehaksikerjaobat yang lebihcepatdibandingkansecara oral
·         Menghindarikerusakanobatolehhepar
Prosedurpelaksanaan
Secaraumumsamadenganpemberianobatdengancara oral. Akan tetapi, klienperludiberipenjelasanbahwaobatharusdiletakkandiantaragusidanselaputmukosapipisampaiseluruhobathabisdiabsorbsi.






BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Obat adalah senyawa atau campuran senyawa untuk mengurangi gejala atau menyembuhkan penyakit. Obat merupakan sediaan atau paduan bahan-bahan yang siap untuk digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan, kesehatan dan kontrasepsi.
Bila ada obat yang diberikan kepada pasien, hal itu harus menjadi bagian integral dari rencana keperawatan. Perawat yang paling tahu tentang kebutuhan dan respon pasien terhadap pengobatan. Misalnya, pasien yang sukar menelan, muntah atau tidak dapat minum obat tertentu (dalam bentuk kapsul). Faktor gangguan visual, pendengaran, intelektual atau motorik, yang mungkin menyebabkan pasien sukar makan obat, harus dipertimbangkan. Perawat betanggung jawab mengecek dosis obat sebelum memberikannya seta mengajari klien tentang dosis yang diprogramkan. Sistem perhitungan metric, apothecary, dan rumah tangga digunakan dalam terapi obat. “Enam benar” pemberian obat yaitu benar obat, benar dosis, benar klien, benar rute pemberian, benar waktu, benar dokumentasi.

3.2  Saran
     Agar dapat lebih mudah memahami  tentang Konsep Dasar Pemberian Obat-Obatan Pada Semua Tingkat Usia  Berdasarakan Hasil Kolaborasi sebagai acuan dalam belajar yang tentunya dapat bermanfaat bagi mahasiswa(i) dan masyarakat dalam menjalankan karirnya dan tahu bagaimana cara  menerapkan dalam asuhan keperawatan.
    

















DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, A. Aziz Alimut. 2009. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi Konsep Dan Proses Keperawatan Buku 2. Jakarta: Salemba Medika.
Kusyati, Eni. 2006. Ketrampilan Dan Prosedur Laboratorium Keperawatan Dasar. Jakarta: EGC
Potter, perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, Dan Praktek Edisi 4. Jakarta: EGC

Entri Populer